Jumat, 30 November 2012
Cerita Rakyat Sumbawa - Tanjung Menangis (Versi Bahasa Indonesia)
Tanjung
menangis merupakan nama tanjung yang berada di bagian timur pulau
Sumbawa. Pada zaman dahulu, putri dari Datu Samawa terjangkit
penyakityang sangat aneh, tak ada seorang pun di seantero negeri Samawa
yang dapat menyembuhkannya. Datu Samawa telah melakukan berbagai cara
demi menyembuhkan putrinya. Dia telah berkunjung ke rekan-rekannya
sesama pemimpin, yaitu kepada Datu Dompu dan Datu Bima untuk mencari
tabib sakti yang dapat menyembuhkan putrinya, namun hasilnya tetap
nihil. Bertahun-tahuntuan putri mengidap penyakit aneh tersebut, namun
belum ada orang ataupun tabib yang mampu menyembuhkannya. Suatu
hari, Datu Samawa membuat sayembara bagi seluruh orang diseantero
negeri. Barang siapa yang mampu menyembuhkan tuan putri maka baginya
akan diberikan hadiah. Apabila dia perempuan maka akan dijadikan sebagai
anak angkat. Namun, apabila laki-laki, maka akan dijadikan menantu dan
dinikahkan dengan tuan putri. Sayembara ini menyebar hingga ke pulau
Sulawesi di seberang sana. Telah
banyak tabib yang mencoba mengikuti saymebara ini namun belum seorang
pun yang berhasil menyembuhkan tuan putri. Suatu hari, datanglah seorang
kakek tua renta ke kediaman Datu Samawa. Dia berasal dari negeri UjungPandang dan memperkenalkan dirinya dengan nama Daeng Ujung Pandang. Dia telah
mendengar kabar tentang penyakit aneh yang diderita tuan putrid dan
ingin mencoba mengobati tuan putri bila Tuhan Yang Maha Kuasa
mengijinkan.Dengan kuasa Allah Taala, melalui tangan serta pengetahuan
yang dimiliki Daeng Ujung Pandang, tuan putri pun sembuh seperti sedia
kala. Sesuai dengan janjinya, tibalah waktunya bagi Datu Samawa
untuk membayar janji kepada Daeng Ujung Pandang yang telah
menyembuhkan putrinya. Seperti yang telah beliau janjikan, beliau harus
menikahkan putri beliau dengan Daeng Ujung Pandang. Namun, karena
melihat fisik Daeng Ujung Pandang yang sudah tua renta dan bungkuk pula,
Datu Samawa merasa tidak rela untuk menikahkan putrinya dengan Daeng
Ujung Pandang. Datu Samawa akhirnya merubah hadiah dari sayembara. Daeng
Ujung Pandang oleh Datu Samawa dipersilahkan untuk mengambil harta
sebanyak-banyaknya, berapapunyang diinginkan olehnya, asalkan Daeng
bersedia untuk tidak dinikahkan dengan tuan putri. Daeng Ujung Pandang
merasa sangat terhina dengan sikap Datu. Beliau menolak untuk mengambil
sepeser harta pun dari istana. Dengan hati teriris, ia pun pulang
kembali ke Ujung Pandang menggunakan sampan kecil yang dilabuhkan di
sebuah tanjung. Putri Datu Samawa merasa iba melihat kekecewaan di mata
Daeng Ujung Pandang, ia pun menyusul Daeng Ujung Pandang ke tanjung
tersebut. Saat putri Datu Samawa tiba di pelabuhan, saat itu pula, Daeng
Ujung Pandang baru saja menaiki sampannya. Atas kekuasaan Allah, Daeng
Ujung Pandang yang tua renta tersebut berubah menjadi pemuda yang tampan
tiada taranya ketika telah menginjakkan kakinya di atas sampan. Melihat
hal tersebut, putri Datu Samawa menangis,
menyesali keputusan yang diambil ayahnya serta menangisi betapa
tersiksa rasanya ditinggal seseorang yang baru ia cintai, Daeng Ujung
Pandang. Sambil menangis, putri berlari menyusul sampan Daeng Ujung
Pandang hingga tengah laut tanpa menyadari ia mulai tenggelam. Hal ini menyebabkan Tuan Putri Datu Samawa meninggal di tengah laut sambil menangis. Akhirnya, hingga kini tanjung tempat dimana putri dan Daeng Ujung Pandang berpisah tersebut dinamakan Tanjung Menangis untuk mengenang kisah tragis antara kedua insan tersebut.
Langganan:
Postingan (Atom)